Selasa, 28 Oktober 2014

Myths and Facts about HIV

HIV. Penyakit ini sudah sering sekali kita dengar. Tetapi, apa sih sebenarnya HIV itu? Apakah benar kalau HIV itu penyakit menular yang mematikan? Yuk, kita bahas bersama-sama :)



Human Immonodeficiency Virus atau sering kita dengar sebagai HIV.

Apakah HIV penyakit menular? Yap! HIV adalah virus yang menular. Tapi, HIV tidak menular begitu saja loh.
Banyak sekali yang bilang bahwa HIV dapat menular dengan air liur.
Apakah benar? No!
Penularan HIV hanya dapat dilakukan dengan empat cairan, yaitu: darah, cairan vagina, sperma, dan ASI.


HIV menyebabkan penurunan kebebalan tubuh. Jadi, virus ini menyerang kekebalan tubuh yang membuat orang yang memiliki HIV sangat mudah terserang penyakit dan akhirnya penyakit tersebut menjadi kompleks. Apalagi jika seseorang yang telah didiagnosis HIV tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Waktu untuk hidup juga semakin singkat.


Untuk menjaga penyebaran virus HIV, dapat menggunakan obat  ARV (antiretroviral). Penggabungan antara minimal 3 jenis obat ARV disebut dengan ART (antiretroviral therapy) untuk memaksimalkan penekanan virus HIV dan menghentikan perkembangan virus HIV.







Bayi dapat saja tertular oleh orang tuanya yang memiliki HIV positif. Oleh karena itu, apabila seorang ibu yang memiliki HIV positif tidak dapat melahirkan secara normal karena bayi dapat tertular melalui cairan vagina. Apabila salah satu pasangan memiliki HIV positif dan ingin melakukan hubungan seksual, pasangan tersebut diharapkan untuk menggunakan kondom yang terbuat dari bahan latex untuk meminimalisir terjadinya pembuahan cabang bayi terdiagnosis HIV.



Oleh karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?
Ayo kita cegah HIV dan sayangi pasien HIV dengan memberikan dukungan sosial yang sehat dan benar :)

Selasa, 21 Oktober 2014

Being Sexually Healthy is Important

Heyho readers!

Saat ini, saya akan membahas mengenai disfungsi seksual. Sebenarnya apa sih disfungsi seksual itu?
Seorang dikatakan mengalami disfungsi seksual ketika tidak bergairah, tidak antusias, dan tidak relaks ketika melakukan seks. Disfungsi seksual tidak terjadi begitu saja, tetapi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, seperti stres, kecemasan, depresi, dan faktor fisik, seperti usia, diabetes, dll.

Kasus mengenai Paul & Petula (Kring, et al., 2010)
"Paul & Petula adalah sepasang suami istri yang sudah hidup bersama selama enam bulan dan memutuskan untuk segera menikah. Tetapi, Petula menyampaikan bahwa Paul tidak dapat mempertahankan ereksinya ketika penetrasi selama dua bulan terakhir. Padahal, Paul dapat merasakan gairah seksual tetapi ereksi akan berhenti ketika akan melakukan penetrasi. Paul dapat melakukan penetrasi ketika awal berhubungan dengan Petula. Setelah diselidiki, Paul dan Petula memiliki konflik, dan Petula sering melakukan kekerasan terhadap Paul."

Hal yang dialami oleh Paul adalah salah satu gangguan pada disfungsi seksual yaitu Erectile Disorder. Paul tidak dapat melakukan penetrasi ketika berhubungan dengan Petula. ED yang dialami oleh Paul disebabkan oleh faktor psikologis, yaitu kecemasan dan rasa takut terhadap Petula yang telah melakukan kekerasan pada Paul. Padahal, Paul tidak memiliki masalah dari faktor fisik. Nah, untuk mengatasi masalah Paul, sebaiknya dilakukan intervensi psikologis, seperti relationship therapy, karena menurut saya ketika Paul & Petula sudah dapat berkomunikasi dengan baik, maka seharusnya kecemasan dan rasa takut Paul menghilang dan menyebabkan hilangnya ED Paul.

Apakah kalian pernah mendengar kata"vaginismus"?
Kasus mengenai Pink:
"Pink baru saja menikah tiga bulan yang lalu, tetapi Pink belum berhasil melakukan hubugan seksual dengan suaminya. Pink merasa bahwa ada suatu penghalang yang menyebabkan penis suaminya tidak dapat masuk ke dalam vaginanya. Pink juga merasakan rasa sakit ketika mereka berhubungan seksual. Hal ini membuat Pink dan suaminya kecewa. Pink pergi ke psikolog untuk mencari jawaban atas gangguan yang dialaminya. Ternyata, ketika Pink kecil, Pink pernah dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan ayah tirinya"

Hal yang dialami Pink disebut dengan Vaginismus yaitu kondisi ketika perempuan mengalami gangguan pada otot disekitar vagina dan tidak dapat berkontraksi ketika berhubungan seksual. Hal ini menyebabkan rasa sakit pada wanita. Vaginismus dapat disebabkan oleh trauma pada masa kecil. Seperti yang dialami oleh Pink yaitu dipaksa untuk melakukan untuk berhubungan seksual dengan ayah tirinya ketika Pink masih di bawah umur. Untuk membuat Pink sembuh, dapat digunakan konseling untuk membantu Pink menyelesaikan masalah alam bawah sadarnya. Apabila masih tidak berhasil, maka dapat menggunakan alat medis yang disebut dilators, yang dimasukkan ke dalamvagina perempuan dan akan perlahan membesar sehingga membantu Pink dan suaminya untuk melakukan hubungan seksual sampai tahapan penetrasi dan orgasme.




So readers, ayo kita menjaga kesehatan fisik dan mental kita untuk menjaga kesehatan reproduksi kita juga. Kita juga seharusnya memlih pasangan dengan keadaan yang sehat di setiap bagian tubuhnya hehehe :)
Ini dia #quotesoftheday
Thanks for reading! See ya on the next post!