Senin, 28 April 2014

The Guest is Coming !!!

Say Hello to the Guest!

Jadi, tadi tgl 24 April 2014 kelas teknik wawancara kita kedatangan tiga dosen tamu!! 
*pssst* dosen-dosen tamu kita alumni Psikologi Untar lohhhh hihihi.. Salam Untarian!
Jreeeeengg... nama dosen tamu kita adalah Kak Dina, Kak Bambang Hermansyah dan Kak Samuel Adam!! Mereka sharing banyak hal baru tentang pekerjaannya seputar PIO.. Stay tune! :) 

Karena kita baru merayakan hari Kartini, maka kakak pertama yang akan sharing adalah Kak Dina! (ide dari Bu Henny.. hehehe)
Kak Dina ini adalah seorang HRD pada perusahaan tambang nikel yang pertambangannya ada di salah satu pulau terpencil di Raja Ampat! (Woahhhh..) Ehhh. tapi Kak Dina udah pindah kerjaan ke salah satu restoran ternama, karena tempat Kak Dina bekerja ditutup karena salah satu peraturan pemerintah.
Kak Dina bekerja di kantor Jakarta, sebagai staff HRD yang baik dan agar dapat menemukan pekerja yang tepat bagi perusahaannya, jadi Kak Dina pergi ke Raja Ampat untuk menilai kinerja karyawannya, baik lokal maupun non-lokal.
Nah, kendala yang dialami Kak Dina untuk mewawancarai pekerja lokal disana adalah bahasa (walaupun sama-sama bangsa Indonesia, tapi mereka tidak lancar berbahasa Indonesia nih). Mereka juga tidak terbiasa untuk bekerja di balik meja. Jadi, Kak Dina punya cara yang tepat untuk ice breaking dengan para pekerja lokal, yaitu ngobrolnya sambil makan atau malah di pantai. Nah, kalau sudah dekat, baru Kak Dina memberikan tes DAP dan.. hasilnya 60% pekerja lokal disana akan gambar putri duyung! Hihihihi... Kak Dina juga pernah mengalami berbagai kendala kalau mau terima pelamar kerja, kadang si manajemen mau (karena Universitas bagus, IPK bagus) padahal menurut Kak Dina, pelamar tersebut ga cocok.

Kedua! Kak Bambang Hermansyah. lebih cocok dipanggil Kak Bam. Kak Bam bekerja pada salah satu perusahan asuransi sejak beberapa tahun yang lalu. Kak Bam punya banyak ilmu nih untuk mewawancarai para pelamar kerja and he called it STAR!
Situation - Lingkungan pelamar kerja bekerja sebelumnya
Task - Kecocokan antara pekerjaan yang lama dengan pekerjaan yang sekarang diinginkan
Action - Bagaimana pelamar merespon tugas-tugas
Result - Hasil akhir wawancara
Menurut Kak Bam, sebagai pewawancara tuh kita harus bisa seperti kerucut. Semakin bertanya, semakin dalam, dan harus fokus! Kalau kita ga fokus, kita bisa terlihat ga konsisten. Apa lagi kalau kita sebagai pewawancara ngomong "Eh, oh iya, saya lupa bertanya tadi tentang......" wah ga asik banget deh. Pelamar kerjanya bisa berpikir kalau kita ini ga profesional dan malah ngerendahin kita lagi. Nah ini juga penting yaitu kita harus bisa menempatkan diri di atas kandidat. Mau si pelamar dokter spesialis, profesor, dll! Tapi, jangan juga kena tipu alias dibohongin pelamar. Misalnya kita mewawancarai seorang dokter. Terus dokternya ini bicara tentang jargon-jargon kedokteran yang kita ga mengerti. Jangan malu untuk bertanya (ntar bisa sesat di jalan.. hehehe.) dengan bertanya kita bisa tahu cara pelamar kita menyampaikan informasi yang dia miliki. kita juga bisa tahu dia bohong, sok keren aja, atau memang benar-benar memiliki informasi mengenai apa yang dia bicarakan.

Last one! Kak Samuel yang sangat lucu dan punya banyak informasi! Kak Samuel bekerja pada salah satu perusahaan minuman pada bagian HRD Recruitment yang bisa mencari pelamar hingga 250 orang per bulan!! (Woahhh....) Kak Samuel menjelaskan bagaimana bagian-bagian HRD yang ada dalam perusahannya. Yang pertama recruitment itu pegang kekuasaan untuk menentukan staff yang bekerja dalam perusahaan. Ada dua bagian recruitment  yaitu internal dan eksternal. Kalau bagian internal yang memegang talent management, yang mencari karyawan yang berkompeten dari sejumlah pelamar kerja. Sedangkan eksternal disebut sebagai head hunter, yang mencari karyawan (tapi biasanya sih utk manajer atau atasannya lagi) untuk dijadikan karyawan kita. Kalau dia sudah pernah jadi manajer dan kita minta dia bekerja dengan kita untuk menjadi manajer akan lebih menguntungkan dari sisi biaya dan efektivitasnya. Nah, dalam mencari karyawan yang berkompeten Kak Samuel akan menggunakan teknik wawancara dengan cara menciptakan suasana nyaman, demografis, dan logis atau tidak. Cara Kak Samuel untuk menciptakan suasana nyaman dengan nongkrong-nongkrong di cafe, ketemu di mall, dll. Jadi ga harus di kantor dengan suasana yang menengangkan. Dalam wawancaranya, Kak Samuel pasti akan bertanya tentang demografis seseorang, asalnya dari mana, ayah dan ibu dari mana, dll. Dari setiap pertanyaan yang dijawab, pasti akan dianalisis apakah jawaban pelamar logis atau tidak.


dan the last! ini dia #quoteoftheday dari Kak Dina :)
"Professional Life ≠ Personal Life"
Jadi kalau kerja ya kerja, harus profesional. Bukan datang ke kantor nangis-nangis soal pacar dan malah curhat sama atasan! Hihihi..

Thanks to Bu Henny yang sudah mengundang ketiga kakak-kakak alumni yang sangat luar biasa dalam berbagi ilmu mengenai PIO dan berbagai teknik wawancaranya :)






Senin, 24 Maret 2014

Social History


Welcome back, guys!

Hari ini saya akan mengshare tentang….. (jengjeng)

Social History

ENJOY!

Apa sih yang terbesit di pikiran kalian ketika mendengar kata Social History? Hmm, kalau saya sihh pikir kayak sejarah-sejarah masa kuno teknik wawancara.
Ooops! Ternyata, social history itu adalah sejarah klien kita yang akan kita dapatkan di awal wawancara kita. Bisa lebih dari sekali wawancara loh untuk dapat social history klien yang lengkap. Soalnya masalah klien itu ga selalu pengaruh bawaan (nature), tapi juga lingkungannya (nurture). Kita bisa dapat social history secara tertulis atau wawancara. Tapi, bakalan lebih bagus kalau lewat wawancara. Soalnya kan kita jadi bisa probing J
Social history ini punya tiga tujuan, yaitu:
1.    Mendapatkan informasi yang cukup untuk mengkonsepkan akar dari kesulitan atau masalah klien.
2.    Karena, tidak akan ada dokumen yang cukup untuk menjelaskan detil dari kehidupan klien.
3.    Kita sebagai pewawancara pasti mau mendengar persepsi, arti, dan perasaan klien yang berhubungan dengan apa yang ia rasakan.
Ada banyak nih area-areanya social history. Kalau bisa, kita harus tanyain nih semuanya! Hehehe. Sambil dijelasin satu-satu ya!

1.    Family History
Yep! Kita harus bertanya tentang riwayat keluarga, cerita ttg keluarga, lahir dimana, dibesarkan dimana, tinggal dimana, sama siapa aja, dll. Soalnya hubungan sama keluarga itu kan pasti paling sering dan sejak awal kehidupan kita. Bisa jadi masalah yang klien hadapi sekarang itu karena konflik masa kecil, ataupun sekarang. Misalnya sama mertua atau pasangan. Nah, pasti bingung nih kalau udah ngadepin klien yang punya keluarga super besar gimana? Untungnya ada yang disebut genogram, yaitu kayak membuat silsilah keluarga gitu deh.. Genogram ini dikembangkan oleh Murray Bowen. Ini dia contoh genogram

2.    Educational History
Bagaimana prestasi akademik klien, walaupun nilai rapot itu ga mewakili kemampuan intelektual seseorang ya! J apakah klien mengalami bully di sekolah, atau malah jadi pelaku bully? Klien kita tuh bisa bersosialisasi ga disekolahnya, punya teman, punya pengalaman organisasi, dll? Kalau klien kita itu kurang punya hubungan disekolah biasanya klien itu memiliki kegagalan dalam menguasai kemampuan sosial dasar.

3.    Job History
Kita harus mengetahui pekerjaan klien itu apa. Tapi jangan sampai kita menyinggung perasaan klien dengan pertanyaan “apa pekerjaan Anda saat ini?” kalau dia kerja sih gak apa. Kalau dia pengangguran? Apa abis di PHK? Gawat deh!! Lebih baik tuh kita tanya “Apa kesibukan Anda sehari-hari?” kalau klien kita bekerja pasti klien kita akan menceritakan pekerjaannya kok. Kita juga harus bertanya kalau klien kita ini ‘kutu loncat’ alias suka pindah-pindah kerjaan, atau malah di posisi yang sama terus buat beberapa tahun tanpa adanya kenaikan posisi. Bisa jadi tuh ada masalah dari klien kita itu. Kita juga harus tau pekerjaannya klien sekarang itu emang maunya dia, apa maunya keluarganya.

4.    Marital History
Marital status: single, married, bercerai, atau janda/duda. Kita harus bisa probing tentang status pernikahan klien kita.

5.    Interpersonal Relationship
Selain status pernikahan dan hubungan berkomitmen lainnya, apakah klien memiliki teman di luar pekerjaan dan tempat sekolah. Kita dapat membantu klien untuk berbicara bagaimana untuk berhubungan.

6.    Recreational Preferences
Bagimana klien melakukan sesuatu yang menyenangkan? Kalau klien kekurangan dalam kemampuan rekreasi dapat menyebabkan klien menjadi pengguna alkohol. Beberapa orang seperti OCD menanggap rekreasi adalah hal yang sia-sia dan bodoh.
7.    Sexual History
Topik ini pasti topik yang sensitif banget, terutama di kebudayaan asia. Jadi pewawancara harus hati-hati banget nih! Tapi sexual history ga harus selalu ditanyakan sih, cuma kalau butuh, ya mau ga mau. Nanyainnya juga jangan pas pertemuan pertama loh, yang ada si klien bisa berpikir macam-macam. Hahaha. Hal yang ditanyakan seperti seberapa sering melakukan hubungan baik seksual dan komunikasinya, dan juga apakah mencapai orgasme atau tidak. Soalnya, kepuasan seksual itu berhubungan juga sama kepuasan pernikahan.

8.    Medical History
Apakah klien kita pernah rawat jalan, rawat inap, operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, dokter yang sering dikunjungi, medical check-up terakhir, dan nama obat-obatan yang sering dikonsumsi. Bisa juga kita minta klien untuk bawa semua obat-obatannya, soalnya belum tentu klien tau nama-nama obatnya, bisa aja salah. Boleh juga kita tanya sama keluarganya.
9.    Psychiatric/Psychotherapy History
Apakah klien sudah pernah ke psikolog atau psikiater lain? Kalau sudah kita harus memiliki rekap medisnya supaya kita tau bagaimana diagnose sebelummya.

10.  Legal History
Apakah klien kita pernah masuk ke dalam penjara, mengalami masalah hukum perdata, tilang dls. Kalau klien memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan hukum mungkin saja memiliki karakteristik patologi.

11.  Alcohol and Substance Use/Abuse
Kita harus bertanya kepada klien seberapa sering dan seberapa addictnya dia dengan alkohol dan narkoba. Bisa jadi, gangguan psikologisnya berasal dari alkohol dan narkoba. Kita bisa memancing klien dengan pertanyaan “saya senang minum segelas anggur atau bir. Bagaimana dengan Anda?”

12.  Nicotine and/or Caffeine Consumption
Banyak klien yang tidak menyadari bahwa nikotin dan kafein merupakan zat adiktif. Kita harus bertanya mengenai rokok dan kopi yang dikonsumsi, jenis apa, seberapa seringnya.

-FINISH-

SEE YOU on next blog about LAPORAN HASIL WAWANCARA
STAY TUNE guys!


Regards,
Sannia Wina w



Jumat, 14 Maret 2014

Keterampilan Dasar Wawancara


Hello Everyone!
Blog ini adalah blog pertama saya.
Semoga tidak membosankan, tetapi membawa manfaat buat kalian semua yang membaca.
Di blog ini saya berusaha untuk berbagi ilmu tentang teknik wawancara.
Enjoy! J


Keterampilan Dasar Wawancara 
Kemarin (13 Maret 2014) kita belajar keterampilan dasar wawancara dari Bu Henny E. Wirawan.
Nah, ada 6 keterampilan dasar wawancara:

1. Kemampuan membina rapport.
Apa tuh rapport? Oops, ini bukan rapot-rapot yang biasa kita terima pas mau kenaikan kelas loh hehehe.
Rapport adalah usaha untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman, menciptakan hubungan yang jujur dan terbuka tentang topik yang sesuai dengan wawancara tersebut.
Bagaimana kita tuh bisa membina rapport dengan baik? Easy! 
√ Ketika klien masuk, persilahkan klien untuk duduk dulu. 
√ Ajak klien berjabat tangan (warning : ingat beberapa ragam budaya dan agama loh).
√ Senyum yang hangat dan emang dari dalam hati (CIEEEE!!) w
√ Harus mengerti keadaan klien (bukan sotoy!)
√ Mukanya jangan datar ya hihihi. Kasian klien udah cerita, eh muka kita jutek. Nanti klien malah bete lagi.
√ Eh, tapi, muka kita juga jangan judgemental, alias terlalu ekspresif alias lebay!
√ Jangan telepon dan chatting pas klien lagi curhat. Kita sebagai pewawancara bisa ga konsentrasi dan malah ga ngerti cerita klien.
√ Jangan pake jargon (kata-kata khusus) psikologi. Kalo klien ngerti sih syukur, kalo ga? percuma deh!
√ ETC

2. Empati
Pasti udah pada tau donk ya apa sih empati ini.? Empati diartikan sebagai keakuratan persepsi kita terhadap perasaan klien, apa yang terjadi dengan klien, dan peran klien kita terhadap pengalamannya itu. Dengan adanya empati, kita membuat klien tau kalau kita itu menerima, mengerti dan memahami dunia dia, tapi ga menghakimi dia. yang penting kita harus FOKUS sama klien kita.

3. Attending Behavior
Intinya kita harus menDENGARkan klien dengan baik, bukan kita yang sibuk cuap-cuap padahal klien belum ngomong apa-apa.
Ada 4 dimensinya:
·        Visual perhatiin klien! Tapi jangan dipelototin juga sih hehehe. Perhatikan segitiga atas (di daerah kening).
·        Vocal Qualities ngomongnya jangan lelet, tapi jangan terlalu cepat juga.
·        Verbal Tracking ikuti cerita klien, harus bisa probing. Tapi jangan pernah ikuti cerita klien yang schizophrenia loh!
·        Body Language penuh perhatian dan orisinil. Jangan dibuat-buat dan berlebihan.

4. Questioning Technique
Sebagai seorang pewawancara yang baik, kita tidak boleh mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengarahkan, klien harus bisa mengekspresikan perasaannya.
Jadi kita harus pakai open question, yang terbagi menjadi open question sebagai pembuka, untuk mengelaborasi dan memperkaya cerita klien, dan menjelaskan sudut pandang klien.
Tapi ada juga yang kita ga boleh lakukan dalam memberikan pertanyaan, yaitu memaksa klien buat cerita, mengintrogasi klien, mengontrol perasaan klien, memakai kata ‘kenapa’, dan mencoba memuaskan kebutuhan klien.
Nah, pada bingung kan kalo ga boleh pakai kata tanya ‘kenapa’ atau ‘mengapa’, jadi mau pakai kata-kata apa? Jrenggg.. jawabannya adalah kita pakai kata ‘bagaimana’ hehehe J

5. Observation Skills
Keterampilan observasi itu fokus pada tiga area: perilaku non verbal, perilaku verbal, dan konflik, diskrepansi, dan inkongruensi. Perilaku nonverbal tuh seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh klien, tapi hindari stereotype yah! Kalau perilaku verbal itu seperti selective attention sama keywords. Inkongruensi adalah ketidaksamaan antara perilaku verbal dan nonverbalnya. Bisa aja terjadi kalau klien tidak nyaman atau berbohong.

6. Active Listening
Encourage! Buat klien untuk melanjutkan ceritanya dengan gerakan verbal dan nonverbal. Jangan lupa lakukan probing! Nonverbal encouragement seperti body language, kalau verbal encouragement seperti ‘hmm’, ‘oke..’, ‘lalu..?’
Dalam active listening ada yang disebut dengan paraphrasing, yaitu kita fokus sama isi dan mengklarifikasi apa yang dikomunikasikan. Ada juga reflection of feelings, yaitu kita memahami emosi klien.
Be careful! ParaphrasingParroting. Parroting itu mengulang pernyataan klien. Jangan sering-sering yah, nanti klien bosen loh hahaha.
Last one! (akhirnya) Summarizing yaitu kesimpulan dari keseluruhan sesi. Jadi sesi selanjutnya kita udah paham sama apa yang dibahas di sesi sebelumnya. Ada 4 dimensi utnuk paraphrasing dan summarizing: sentence stem, keywords, the essence of what the client has said in briefer and more clear form, dan a check out.

-FINISH-

Jikalau anda menemukan hal yang kurang dipahami, jangan ragu untuk memberikan komentar. Sesegera mungkin akan saya balas J
Semoga Bermanfaat!

SEE YOU on next blog!
Regards,
Sannia Wina w